Tuesday, August 03, 2010

Ceritera Darah dan Air Mata

Bismillahirrahmanirrahim...

Semoga sedikit sebanyak dapat membantu pengunjung memahami isu di Selatan Thai...


“Untuk menghilangkan identitas kami, sebagai Muslim, nama kami yang berbau Islam pun harus diganti dengan nama bercirikan Siam, dan, ketika kami kecil dulu, jika kami berbicara dalam bahasa Melayu, maka kami akan dikenakan denda 5 bath per kata, bukan per kalimat, tapi per kata.” cerita Aathif.

Kisah diatas disampaikan oleh Muhamad Aathif, ketua SYWNPP (Student & Youth Network for Protecting People), sebuah organisasi pemuda Muslim Patani yang membela hak-hak masyarakat Muslim di Patani.

“Penindasan terhadap Muslim di Patani, memang tidak pernah berhenti, puncaknya adalah demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Bangkok. Demonstrasi ini berkaitan dengan peristiwa perkosaan seorang muslimah bernama Nurhayati. Ia diperkosa secara bergantian oleh tentara Thailand, dihadapan ibunya sendiri. Kemudian, ia disiksa hingga meninggal dan jenazahnya dibungkus oleh kain dan kemudian dibakar. Inilah yang menyebabkan kami, para pemuda Patani turun ke jalan, menuntut pemerintah Thailand untuk mengusut peristiwa ini secara tuntas dan menghukum pelakunya seadil-adilnya.” cerita ketua SFST (Student Federation of Southern Thailand)

Nyawa, memang terasa begitu mudah melayang di Selatan Thailand. Beberapa peristiwa besar yang menunjukkan hal itu antara lain adalah Kejadian Kampung Krisek 28 April 2004, 106 remaja dan pemuda Muslim menjadi sasaran tembak tentara Thailand karena dituduh melakukan serangan terhadap pos-pos kemanan yang didirikan oleh tentara Thailand.

25 Oktober 2004, Tragedi Taba, hampir seribu orang meninggal akibat keganasan tentara Thailand. Ada yang tenggelam di dalam sungai Taba dan ada juga yang di bunuh dan dikubur hidup-hidup di Patani ,Nara dan Jala. Dan yang paling menyayat hati adalah, sebanyak delapan puluh lima orang meninggal karena saling bertindih-tindihan (ditumpuk) di dalam truk tentara yang membawa mereka menuju tahanan.

Kejadian ini terjadi tepat pada saat bulan suci Ramadhan.Selama ini tragedi berdarah di Patani hampir jarang terdengar.

Selain disebabkan oleh kendala bahasa (Muslim Thailand tidak bisa berbicara bahasa Melayu, karena mereka sejak kecil memang dilarang menggunakan bahasa Melayu), pemerintah Thailand juga membatasi dan menguasai semua arus informasi tentang Patani. Pemerintah Thailand memang melarang rakyatnya untuk berbicara tentang tiga hal, yaitu tentang polisi, politik dan kerajaan. Teror, seakan telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian di Selatan Thailand. Selain berusaha menghapus ciri Muslim, pemerintah Thailand juga berusaha untuk menghancurkan pemahaman tentang Islam yang benar, melalui guru-guru agama Islam, yang disediakan oleh pemerintah Thai.

“Guru-guru agama tersebut memang disediakan oleh pemerintah, tapi mereka adalah kaki tangan pemerintah, yang ditujukan untuk merubah pemahaman tentang Islam. Mereka ini telah di brain wash oleh pemerintah.” ujar ketua SFST

“Selain itu, pemerintah Thai juga tak segan-segan untuk menghancurkan sekolah – sekolah beragama Islam yang belum berkembang. Pemerintah Thai, memang tidak berani menghancurkan sekolah Muslim yang telah berkembang besar seperti Pondok Haji Harun yang memiliki kurang lebih sepuluh ribu murid. Namun, ini pun tak luput dari penindasan pemerintah. Satu persatu guru atau ustad di bunuh. Ada yang ditembak, ada juga yang menghilang entah kemana.” lanjut ketua SFST lagi.

Ketidak adilan lainnya juga ditunjukkan oleh pemerintah Thai melalui penerapan hukum yang berat sebelah.

Ada tiga jenis hukuman yang sangat merugikan Muslim Patani, yaitu ;

1. Martial Law, pemerintah Thailand berhak menangkap orang-orang yang dicurigai akan berbuat kerusuhan ataupun mengancam keberadaan tentara Thailand. Mereka akan ditangkap tanpa ada penyelidikan sebelumnya. Dan mereka pun akan dipenjara selama tujuh hari.

2. Emergency degree, jika pemerintah Thailand masih merasa kurang dengan hukuman martial law, maka, mereka berhak menaikkan masa tahanan menjadi 30 hari, sekali lagi, penahanan ini dilakukan tanpa penyelidikan.

3. ISE, jika dirasa kedua bentuk hukukman diatas masih kurang juga, maka penahanan akan dilakukan selama 6 bulan sampai 3th / 4th. Tergantung dari kebijakan pemerintah Thailand sendiri.

“Karena saat ini pemerintah Thai mulai mendapat sorotan dari dunia luar, maka dalam memberi hukuman kepada para aktivis, mereka tidak menyentuh sang aktivis tersebut. Seperti yang saya alami, saya tidak disiksa sama sekali, tidak dipukuli sama sekali, tapi saya disuruh menyaksikan Muslim Patani disiksa, dipukuli di depan mata saya sendiri. Saya dipaksa melihat kejadian tersebut, hingga saya dipaksa menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa saya adalah seorang pemberontak dan perusuh yang membahayakan negara.” cerita ketua SYWNPP.

“Namun, dalam menghadapi segala penindasan dan teror dari pemerintah, kami tidak tinggal diam, kami juga tetap berusaha menyelamatkan Muslim Patani. Diantaranya melalui pembentukan TADIKA, taman pendidikan anak-anak. Di TADIKA ini, semua anak Muslim menggunakan bahasa Melayu. Merekapun kami ajari dengan berbagai hal tentang Islam, juga sejarah tentang Patani. Walaupun TADIKA juga kerap di larang oleh pemerintah Thai, tapi, hingga saat ini alhamdulillah TADIKA tetap dapat berjalan. Target kami adalah, setiap tahun dapat mendirikan minimal dua buah TADIKA.” lanjutnya lagi.

Hidup di tengah kesedihan dan ketakutan di Selatan Thailand, dimana nyawa bisa melayang setiap saat, tentu bukan hal yang mudah. Namun, mereka tidak mempunyai pilihan lain. Bagaimanapun, Selatan Thailand, adalah tanah mereka sendiri yang harus dipertahankan. Susah dan sedih harus dihadapi.

Tugas kita sebagai sesama Muslim adalah, meringankan beban mereka, salah satu caranya adalah dengan memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada dunia luar, tentang apa sebenarnya yang tengah dihadapi Muslim Patani.

Karena semua Muslim adalah bersaudara, seperti yang disampaikan Rasulullah saw dalam sebuah hadist “Orang-orang mukmin itu bagaikan satu orang. Jika matanya sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasa sakit. Jika kepalanya sakit, maka seluruh tubuhnya ikut sakit.” (diriwayatkan Muslim).

oleh : Suci Ummi Adam
Sumber dari:http://www.sabili.co.id/

No comments: